satu-satunya sosok presiden yang sedari dulu Adhe' Lely (kecil) idolakan hingga kini..
sosok patriot seorang "B.J.Habibie" dengan semua waktu dan torehan prestasi wujud nasionalisme beliau..
Subhanallah..
nemu 'share link' di facebook, terus coba ditelusur sumber utamanya, dan akhirnya nemu.. lanjut copast dari 'sumber utama ini', thread di kaskus..
*mari baca dan resapi kemudian wujudkan dengan semangat untuk lebih maju
*** ** *
Sudah membaca buku kisah "Ainun dan Habibie" atau bahkan sudah menonton filmnya? Mungkin kebanyakan anda lebih tertarik dan tersentuh dengan kisah romantis kesetiaan sepasang suami istri, namun justru yang saya rasakan di sepanjang tulisan dalam buku dan film, adalah sebuah pertunjukan "peperangan" dari seorang anak bangsa kepada kebijakan pemerintahnya yang tidak berdaulat dan "tamparan" bagi budaya bangsanya yang tidak mandiri di atas tanah airnya sendiri.
dicontohkan, bagaimana tidak mandirinya indonesia yg menjadi budak ditanah airnya sendiri.
Pada paruh tahun 80an akhir, sosok Habibie menjelma menjadi idola dan simbol sosok intelektual yang shalih. Seorang intelektual yang mumpuni diakui dunia barat, yang secara material sudah kaya karena royalti dari rancangan sayap pesawat terbang yang terus mengalir seumur hidup, dan digambarkan sebagai sosok yang taat dan rajin beribadah, bahkan tidak pernah meninggalkan puasa sunnah hari Senin dan Kamis.
Pada masanya bahkan masih sampai kini, sosok ini menjadi model bagi banyak sekolah dan lembaga pendidikan Islam, dengan jargon "mencetak cendekiawan yang berotak Jerman dan berhati Mekkah". Beberapa pihak bahkan menyebut sekolahnya sebagai lembaga yang mencetak Ulil Albab. Bisa jadi karena sedikit banyak sosok Habibie waktu masa itu dianggap pantas sebagai model Ulil Albab dalam perspektif cendekiawan.
Begitulah, "ruh intelektual" dari sosok Habibie nampaknya lebih kental dikenal dari "ruh pejuang". Makna Ulil Albab pun menyempit menjadi makna seorang cendekiawan pandai yang memiliki kesalihan personal.
Efeknya adalah lahirlah konsep2 pendidikan Islam yang berupaya memadukan kedua sisi itu dengan nama "IMTAQ dan IPTEK", dengan ciri khas bergedung hebat, berorientasi mecusuar dan elitis alias terpisah dari masyarakatnya, sebagaimana pusat menara gading para intelektual.
Apa yang salah? Mungkin tiada yang salah, namun yang kurang adalah memunculkan "ruh perlawanan" untuk membebaskan bangsanya dari penindasan bangsa lain dan memperjuangkannya menjadi bangsa yang berdaulat dan mandiri. Sesungguhnya itulah esensi semangat dari Habibie muda.
Benarkah Habibie hanya seorang Intelektual atau Cendekiawan saja?
Sejak menginjakkan kaki di Jerman, yang ada di kepala Habibie adalah membuat pesawat untuk Indonesia, untuk mensejahterakan bangsanya, untuk keadilan sosial di negerinya. Hanya itu! Bukan sebagaimana cita2 para mahasiswa hasil gemblengan pendidikan berorientasi kelas pekerja, yaitu bekerja di perusahaan besar dengan gaji besar.
Habibie muda sadar dengan potensinya di masa depan. Ia mendatangi pemerintah dan menawarkan untuk membangun Industri Pesawat sendiri. Mental demikian mustahil lahir dari jiwa2 yang tidak merdeka dan tidak mencintai Indonesia.
Soekarno dan pemerintahannya tidak mendengar jelas suara itu. Maka, habibie muda melakukan perlawanan. Ia bekerja di negeri Jerman, hasil karyanya begitu dihargai. Bahkan sindiran2 tentang Indonesia, seakan sirna dengan karya-karya yang dibuat oleh Habibie.
Rezim Soekarno berubah menjadi Rezim Soeharto. Nama habibie yang sudah meroket di luar negeri, membuat ketertarikan rezim pemerintahan Soeharto. Yang ingin dilakukan Soeharto adalah menjadikan Indonesia menjadi macan di asia. Maka, ia membutuhkan hal2 yang mendukung itu. Teknologi salah satunya.
Habibie pun dipanggil. Dia diminta memimpin proyek industri transportasi Indonesia. Lagi-lagi habibie, melihat jeli masa depan Indonesia yang jaya. Ia yakin benar, bila Industri Strategis dikembangkan sedemikian rupa, maka Indonesia yang terdiri atas 17.000 kepulauan ini berubah menjadi pesat. Mantan ketua umum ICMI ini, menyadari bahwa selaiknya potensi besar negeri ini disadari.
Visi Habibie terhadap teknologi adalah agar bangsa ini berdaulat, agar pulau2 terpencil bisa terhubung dan sejahtera, agar putra bangsa bisa membuat sendiri pesawat yang murah namun canggih sesuai kebutuhan bangsa ini. Bandingkan dengan visi teknologi dari mobil nasional, robot nasional dsbnya yang hanya berorientasi industri semata.
“I have some figures which compare the cost of 1kg of airplane compared to 1kg of rice. 1kg of airplane costs $30000 and 1kg of rice is $0,07. And if you want to pay for your 1kg of high-tech products with a kg of rice, I don’t think we have enough.” (Sumber : BBC: BJ Habibie Profile -1998.)
Kalimat diatas merupakan senjata Habibie untuk berdebat dengan lawan politiknya. Habibie ingin menjelaskan mengapa industri berteknologi itu sangat penting. Dan ia membandingkan harga produk dari industri high-tech (teknologi tinggi) dengan hasil pertanian. Ia menunjukkan data bahwa harga 1 kg pesawat terbang adalah $30.000 dan 1 kg beras adalah 7 sen. Artinya 1 kg pesawat terbang hampir setara dengan 450 ton beras. Jadi dengan membuat 1 buah pesawat dengan massa 10 ton, maka akan diperoleh 4,5 juta ton beras.
Jadi Habibie sungguh-sungguh menginginkan bangsa ini berdaulat, bukan sekedar mempelajari dan membuat teknologi yang tidak ada kaitannya dengan kondisi bangsa kini dan masa depan.
Proyek pesawat terbang, gatotkaca mengguncang dunia. Barat melalui media, berupaya melunturkan semangat kebangkitan Indonesia. Bahkan, Soeharto yang arogan itu, kini menjadi musuh masa depan bagi Kapitalisme Eropa dan Amerika.
Dikisahkan, kritik terhadap permainan Korupsi terlihat. Bagaimana mudahnya cara-cara tender kotor sering dilakukan. Habibie mengkritik itu semua. Siapa yang tidak tahu semua Partai dan Pengusaha menghalalkan konspirasi tender proyek pemerintahan untuk logistik pemilu mereka.
Jujur, Indonesia tidak pernah kekurangan para Teknokrat yang memiliki kapasitas keilmuan di atas teknokrat barat. Indonesia memliki pula para Politikus ulung yang bersahaja, taqwa bahkan jenius dalam membuat kebijakan pro-rakyat. Indonesia memiliki para ahli kesehatan yang sangat konsen dalam menyelesaikan krisis kesehatan dan penyakit. Bahkan, bila diberikan keleluasaan dan peluang bisa jadi Obat HIV/AIDS itu dapat ditemukan.
Potensi Indonesia ini begitu besar. Sangat besar sebesar luasnya wilayah teritorial Indonesia. Inilah pentingnya ruh perjuangan dan pembebasan atas penindasan dan penguatan kemandirian bangsa ditanamkan di sekolah-sekolah. Lihatlah bagaimana ruh intelektual berpadu dengan ruh pembebasan atas penindasan ini nampak pada sosok HOS Cokroaminoto, Ahmad Dahlan, Ki Hadjar Dewantoro, M. Hatta, Kartini dsb.
Alangkah jahatnya (bukan lucunya) para pemimpin negeri ini. Mereka kurang bersahabat dengan nurani dan tidak mensyukuri karunia ilahi atas Indonesia. Politik kotor telah jadi kebiasaan dan dihalalkan atas nama kepentingan kelompok. NeoKapitalisme telah subur dan mencengkram. Diperparah oleh sekolah dan lembaga pendidikan yang hanya berorientasi melahirkan intelektual atau kelas pekerja. Padahal sejatinya pendidikan melahirkan jiwa-jiwa pembebas penindasan negeri ini melalui beragam potensi yang dimiliki anak-anak Indonesia, teknologi adalah salah satunya.
Alhasil, sampai kapanpun maka Indonesia akan jalan ditempat. Kita tidak sekedar butuh banyak habibie baru, tetapi mereka yang berani berkata benar, memberikan kemampuannya dengan keseriusan dalam membangun negeri, dan tentu negeri yang besar tidak akan melupakan Tuhannya. Maka, sepatutnya lahir para birokrat, politikus, teknokrat, ilmuwan dan akademisi serta kaum muda yang mau berjuang untuk membebaskan negeri ini karena Allah SWT
Lihatlah bagaimana Habibie dengan kecintaannya pada Technology berhasil memadukannya dengan kecintaan pada Indonesia, kecintaan pada bangsa Indonesia dan kecintaan pada keluarganya. Semuanya adalah karunia Allah swt yang mesti disyukuri secara terpadu dengan perjuangan sampai mati. Bukan kecintaan pada kelompok dan golongan, dengan mengatasnamakan cinta pada Indonesia.
Kita semua yang masih mencintai negeri ini tentu merasa sedih dan terpukul ketika menyaksikan Habibie ditemani Ainun masuk ke dalam hanggar pesawat di PTDI, menyaksikan pesawat CN235. karya anak bangsa yang diperjuangkan dengan jiwa dan raga, teronggok bagai besi tua. Tiada yang berteriak membela, tiada yang peduli. Semua bungkam masa bodoh. Sambil memegang tangan Ainun, Habibie berkata: "Maafkan aku untuk waktu-waktu mu dan anak-anak yang telah kuambil demi cita-cita ini"
Sesungguhnya kita tidak sedang menangisi Habibie, tetapi sesungguhnya kita seolah sedang ditampar oleh Habibie, kita sedang menangisi diri sendiri, menangisi ketidakmampuan kita untuk menjadi seperti Habibie atau membuat pendidikan yang banyak melahirkan Habibie.
Menjadi seperti Habibie, bukan untuk menjadi intelektual seperti Beliau, namun untuk memiliki cinta murni yang sama, yaitu Cinta pada potensi unik pribadi kita, Cinta pada Bangsa ini, Cinta pada Alam Indonesia, Cinta pada Keluarga, Cinta pada Allah Swt, Cinta pada semua karunia yang ada lalu kemudian memadukannya dalam Perjuangan di Jalan Allah untuk membebaskan bangsa dan manusia demi Peradaban yang lebih adil dan damai. Habibie menyebutnya keterpaduan ini dengan Manunggal.
Habibie berkata:
”Manunggal adalah ”Compatible” atau kesesuaian, Karena dalam cinta sejati terdapat empat elemen berupa, Cinta yang mumi, cinta yang suci, cinta yang sejati dan cinta yang sempurna”
Salam Pendidikan Masa Depan
B.J.Habibie Quote
Biografi Singkat B.J.Habibie
1.
Dimasa kecil, Habibie telah menunjukkan kecerdasan dan semangat tinggi pada ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya Fisika. Selama enam bulan, ia kuliah di Teknik Mesin Institut Teknologi Bandung (ITB), dan dilanjutkan ke Rhenisch Wesfalische Tehnische Hochscule – Jerman pada 1955. Dengan dibiayai oleh ibunya, R.A. Tuti Marini Puspowardoyo, Habibie muda menghabiskan 10 tahun untuk menyelesaikan studi S-1 hingga S-3 di Aachen-Jerman.
Habibie mengeluti bidang Desain dan Konstruksi Pesawat di Fakultas Teknik Mesin. Selama lima tahun studi di Jerman akhirnya Habibie memperoleh gelar Dilpom-Ingenenieur atau diploma teknik (catatan : diploma teknik di Jerman umumnya disetarakan dengan gelar Master/S2 di negara lain) dengan predikat summa cumlaude.
Pak Habibie melanjutkan program doktoral setelah menikahi teman SMA-nya, Ibu Hasri Ainun Besari pada tahun 1962. Bersama dengan istrinya tinggal di Jerman, Habibie harus bekerja untuk membiayai biaya kuliah sekaligus biaya rumah tangganya. Habibie mendalami bidang Desain dan Konstruksi Pesawat Terbang. Tahun 1965, Habibie menyelesaikan studi S-3 nya dan mendapat gelar Doktor Ingenieur (Doktor Teknik) dengan indeks prestasi summa cum laude.
2.
Januari 1950 Bung karno mengirim putra-putra terbaik Indonesia ke Belanda untuk belajar tentang industri perkapalan dan dirgantara agar bisa berdikari. "Saya masuk angkatan kelima yang dikirim ke Belanda. Di sana kami belajar bagaimana bisa membuat pesawat dan kapal. Ini agar Indonesia tidak mengimpor kapal maupun pesawat terbang. Bung Karno ingin, kita menjadi negara mandiri," tuturnya mengupas sejarah.
Hanya saja pada 1964, kondisi negara tidak memungkinkan untuk membuat kapal maupun pesawat terbang. Namun karena mendapat amanat Bung Karno, Habibie menyatakan semangatnya kembali terlecut. Bersama sesama ilmuwan lainnya, mantan Menristek ini mengembangkan industri kedirgantaraan.
Inilah kelemahan bangsa kita. Bangsa kita lebih senang mengimpor daripada menggunakan hasil karya putra terbaiknya sendiri (Habibie)
"Bukan karena hobi, tapi karena tidak tahan melihat penderitaan rakyat. Kami ingin membuat pesawat terbang sendiri, sehingga uang negara tidak perlu dihabiskan untuk mengimpor pesawat dari luar negeri," tandasnya.
3.
Pekerjaan dan Karir
Habibie pernah bekerja di Messerschmitt-Bölkow-Blohm, sebuah perusahaan penerbangan yang berpusat di Hamburg, Jerman, sehingga mencapai puncak karier sebagai seorang wakil presiden bidang teknologi.
Pada tahun 1973, ia kembali ke Indonesia atas permintaan mantan presiden Suharto. Ia kemudian menjabat sebagai Menteri Negara Riset dan Teknologi . Sebelum menjabat Presiden. B.J. Habibie adalah Wakil Presiden (dalam Kabinet Pembangunan VII di bawah Presiden Soeharto.
Ia diangkat menjadi ketua umum ICMI (Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia), pada masa jabatannya sebagai menteri.
4.
Masa kepresidenan
Habibie mewarisi kondisi kacau balau pasca pengunduran diri Soeharto , sehingga menimbulkan maraknya kerusuhan dan disintegerasi hampir seluruh wilayah Indonesia. Segera setelah memperoleh kekuasaan, Habibie segera membentuk sebuah kabinet. Salah satu tugas pentingnya adalah kembali mendapatkan dukungan dari Dana Moneter Internasional dan komunitas negara-negara donor untuk program pemulihan ekonomi. Dia juga membebaskan para tahanan politik dan mengurangi kontrol pada kebebasan berpendapat dan kegiatan organisasi.
Pengangkatan B.J. Habibie sebagai Presiden menimbulkan berbagai macam kontroversi bagi masyarakat Indonesia. Pihak yang pro menganggap pengangkatan Habibie sudah konstitusional. Sedangkan pihak yang kontra menganggap bahwa pengangkatan B.J. Habibie dianggap tidak konstitusional.
Dibidang ekonomi, ia berhasil memotong nilai tukar rupiah terhadap dolar masih berkisar antara Rp 10.000 – Rp 15.000. Namun pada akhir pemerintahannya, nilai tukar rupiah meroket naik pada level Rp 6500 per dolar AS nilai yang tidak akan pernah dicapai lagi di era pemerintahan selanjutnya.
pada tahun 1999 habibie berhenti sebagi presiden. Ia memutuskan tidak mencalonkan diri lagi setelah laporan pertanggungjawabannya ditolak oleh MPR.
Setelah ia turun dari jabatannya sebagai presiden, ia lebih banyak tinggal di Jerman daripada di Indonesia. Tetapi ketika era kepresidenan Susilo Bambang Yudhoyono, ia kembali aktif sebagai penasehat presiden untuk mengawal proses demokratisasi di Indonesia lewat organisasi yang didirikannya "The Habibie Center".
Peran Besar Habibie Bangkitkan Pabrik Senjata RI
Kebangkitan pabrik senjata dan kendaraan tempur pelat merah, PT Pindad (Persero) tidak lepas dari pengaruh dua orang. Keduanya adalah mantan Presiden Republik Indonesia (RI) BJ Habibie dan mantan Wakil Presiden RI Jusuf Kalla (JK).
Pada 1983, Habibie membangun dan meletakkan konsep pengembangan industri senjata dan produk non senjata. Hingga kemampuan Pindad lebih banyak berkiblat pada Eropa. Hal ini diakui oleh Direktur Utama Pindad Adik Soedarsono.
“Waktu kita dikembangkan oleh Pak Habibie tahun 1983, selain diberikan teknologi militer, kita juga diberikan teknologi komersial. Pak Habibie, itu pandangannya panjang, orang belum mikir ke sana dia sudah mikir. Nah, akhirnya, setelah kita rasakan sekarang, yang mampu hanya kita pak,” tutur Adik kepada detikFinance di Kantor Pusat Pindad, Jalan Gatot Subroto, Bandung, Jawa Barat, Rabu (17/4/2013).
Kemampuan merancang produk non militer atau senjata seperti peralatan kereta api dan generator listrik yang dipersiapkan oleh Habibie kala itu. Sekarang terbukti manfaatnya bagi Pindad.
Untuk komponen khusus seperti Brake Coupling untuk kereta atau generator listrik, di Indonesia hanya Pindad yang mampu memproduksinya. Di samping Pindad tetap unggul dalam memproduksi peralatan militer seperti kendaraan tempur, senapan ringan hingga berat dan amunisi.
“Teknologi kereta api juga, di kereta ada air brake, ada lintasan. Gerbong kereta api ada sisi remnya, itu hanya Pindad yang bisa bikin terus ada juga motor traksi di KRL. Itu yang bisa, kita juga,” tambahnya.
Selain Habibie, ada satu sosok satu lagi yang merupakan titik balik penyelematan dan pengembangan Pindad dari masa susah pasca krisis ekonomi 1998. Pasca krisis, selama kurang lebih hampir 10 tahun, kemampuan Pindad kurang diberdayakan padahal potensi sumber daya manusia dan kapasitas produksi Pindad sangat mumpuni.
Ketika Jusuf Kalla tahun 2007 masih menjadi Wakil Presiden Indonesia, datang ke kantor Pindad di Bandung. Di sana, JK melihat potensi Pindad yang besar namun kemampuannya tidak digunakan secara maksimal.
Akhirnya, JK kala itu, memberi order senilai Rp 1 triliun lebih untuk membuat Panser ANOA 6x6 bagi TNI. Disitulah titik awal kebangkitan Pindad pasca krisis ekonomi 1998.
“Di jaman susahnya, Pak JK datang ke sini tahun 2007. Memberikan pekerjaan ke kita yang mana TNI kala itu tidak memberikan. Itu proyeknya senilai Rp 1,129 triliun. Beliau ke sini lihat kemampuan kami, lihat ada satu peluang. TNI butuh produk (panser). TNI bilang butuh barang itu, tapi (JK) nggak bilang beli dari Pindad. Oke, saya beli kasihin ke TNI. Jadi waktu TNI dikasih perintah itu, TNI berpikir barangnya bagus atau jelek. Dia nggak tahu dan dia dikasih barang itu (Panser ANOA),” katanya.
Berawal dari pesanan sekala besar melalui perantara JK saat itu, dari awalnya TNI kurang percaya terhadap Panser ANOA, kemudian berujung pada kepuasan terhadap Panser ANOA.
“Ternyata setelah pakai itu suka. Sekarang sudah dipakai 150, serta total sudah 280 (pesan). Tapi sudah deliver 230 ANOA,” tegasnya.
Jawaban Terkait isu Pak Habibie menjadi Warga Negara Jerman
*copast dari: Tamparan Habibie Buat Bangsa Indonesia ( Nyesek Bacanya Gan ) "kaskus"
(sumber: http://www.kaskus.co.id/thread/511a20e0601243d127000008/tamparan-habibie-buat-bangsa-indonesia--nyesek-ane-bacanya/)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar